Melemahnya Ekonomi Masyarakat


Dampak mengerikan dari fenomena ekonomi Indonesia dimana produsen pabrik menjual produknya langsung ke konsumen akhir. Berakibat terhadap persaingan bisnis makin tidak sehat, dimana sekarang orang berlomba-lomba menjual produk lebih murah. Hanya yang bermodal besar yang menang dengan pabriknya yang bisa memproduksi barangnya secara efisien. 

Bisnis UMKM yang makin tergerus, karena sepinya pembeli dan kalah bersaing dengan produsen besar. Barang jualannya pun yang selalu dibanding-bandingkan dengan banjirnya produk marketplace. 

Perputaran uang semakin kecil, akibat hilangnya beberapa pekerjaan mulai dari agen, distributor, pengecer, hingga kuli panggul barang di toko dan di pasar. 

Kebiasaan masyarakat yang berubah, karena sudah terbiasa masyarakat dengan barang-barang murah dari pabrik menjadikan masyarakat sudah tidak mau lagi belanja produk dari toko-toko offline dan UMKM karena perbedaan harga yang signifikan. 

Keringnya uang di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah disebabkan hilangnya mata pencaharian. Dengan perputaran uang semakin mengecil, dampaknya ekonomi daerah tidak berkembang, maka uang di masyarakat kelas menengah makin mengering. 

Yang kaya makin kaya, dan yang miskin makin miskin. Yang kaya dengan mudahnya menjual barang murah ke pelosok daerah dengan jualan online. Yang miskin harus bersusah payah usaha untuk bisa bersaing dengan yang kaya. 

Itulah fakta melemahnya ekonomi yang melanda Negeri ini, daya beli masyarkat yang menurun terus menerus. Disisi lain kenaikan PPN tahun 2025 diwacanakan oleh Pemerintah. Sampai di sini paham??? Ayo mikir... 


#ekahope

#SAYAINDONESIA

#PolitikKonyol

OTAK TAK KOSONG COBLOS KOTAK KOSONG



Menjelang pencoblosan pilkada serentak 2024 ini, rasa-rasanya calon kepala daerah yang disodorkan para partai politik sudah tidak qualified sama sekali. Menurut saya, semuanya sama saja dari kalangan mereka-mereka saja yang memang tunduk pada perintah partai dan tentunya tujuan utamanya bukan untuk masyarakat, apalagi Negara.


Sebagai orang yang pernah terjun sebagai pengurus partai politik dan juga pernah menjadi peserta dalam kontestasi politik tentunya tahu. Kebiasaan guna mendapatkan rekomendasi dari partai tidaklah mudah dan murah. Selain popularitas, tak kalah pentingnya adalah uang. 


Berbicara popularitas, bisa dilihat bagaimana calon-calon yang petahana justru paling gencar mempopulerkan dirinya mengklaim keberhasilannya yang telah dicapai. Sementara calon-calon yang dianggap tokoh masyarakat hingga tokoh agama atau public figure lainnya digandeng, tidak sedikit hanya dijadikan calon wakil guna memikat masyarakat yang tanpa berpikir dalam memilih, alias cuma modal terkenal.


Dan yang terpenting ialah uang. Biaya politik level pilkada memang sudah tidak masuk akal, tidak sebanding dengan potensi pendapatan selama satu periode jika dihitung dari gaji plus tunjangan. Sumber uang untuk membiayai itu semua rasa-rasanya sulit mengandalkan dari kantong si calon itu sendiri, maka dibutuhkan aktor lain sebagai sponsornya. Perlu diingat, dalam politik tidak ada makan siang gratis. 


Melihat itu semua, dengan kesadaran berpikir yang sehat dan tidak lagi mau ditipu atau hanya dijadikan komoditas politik. Bermunculah gerakan-gerakan mengajak untuk melawan dengan mencoblos semua paslon atau mencoblos kotak kosong apabila hanya ada satu paslon melawan kotak kosong. Pesan saya, "Otak Tak Kosong Coblos Kotak Kosong". Sampai di sini paham??? Ayo mikir...


#ekahope

#SAYAINDONESIA

#PolitikKonyol

Lembaga Swadaya Masyarakat SAYA INDONESIA